Program publik Sinema Mikro Sanggar Bali Tersenyum hadir di Kota Negara, bekerjasama dengan Rompyok Kopi Yayasan Kertas Budaya. Kami mengundang warga Jembrana, cenik-kelih, tua-bajang sajebag Jumarana, untuk hadir dalam kegiatan pemutaran film dan diskusi.
Program ini merupakan gelaran literasi film yang merupakan kepanjangan program dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Dana Indonesiana.
Jumat, 26 Juli 2024
10:00 - 15:00 Sesi Workshop Penulisan Ide Cerita Film.
(Khusus Peserta terdaftar)
19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Air dan Hutan.
(Untuk penonton umum, rating usia 13+)
Sabtu, 27 Juli 2024
10:00 - 15:00 Sesi Workshop Penulisan Ide Cerita Film.
(Khusus Peserta terdaftar)
15:30 - 17:30 Sesi Workshop Teknis Pemutaran Film.
(Khusus Peserta terdaftar dan peninjau untuk umum)
19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Menyala Kaum Muda!
(Untuk penonton umum, rating usia 13+)
Jumat, 26 Juli 2024 | 19:00 Wita
Durasi program: 45:00
Rating usia: 13+
dengan Subtitle Bahasa Indonesia
HUTAN TERAKHIR
Durasi 21’ 32” | Wayan Martino | Dokumenter | Bali, Indonesia | 2022
Restu adalah petugas pengelolaan pemipaan air bersih di Jembrana, yang diambil dari hutan terakhir di Bali. Sebagai sumber air dan pemberi kehidupan, kini hutan di Jembrana dirambah oleh para petani.
KITA, AIR DAN HUTAN
Durasi 21’ 33” | Made Suarbawa | Dokumenter | Bali, Indonesia | 2024
Cerita dari hutan Desa Tukadaya, tentang bagaimana masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan air bersih dan pertanian dengan mengambilnya di sungai dan mata air di dalam hutan. Sementara itu hutan sedang tidak baik-baik saja dan butuh segera dihijaukan kembali, agar sumber air dapat terus dinikmati untuk dapur dan sawah.
Sabtu, 27 Juli 2024 | 19:00 Wita
Programmer: Yurika Dewi
Durasi program: 65:20
Rating usia: 13+
dengan Subtitle Bahasa Inggris & Indonesia
Catatan Program:
Masa muda adalah masa penuh semangat, eksplorasi dan pencarian jati diri. Banyak pemuda yang mendapatkan dukungan sekelilingnya, penolakan atau bahkan dimanfaatkan oleh orang-orang sekeliling mereka.
Jika pemuda selalu digambarkan dengan hal-hal yang positif, menjadi pembaharu, penerus, lebih kuat, ataupun pemberani; bagaimana dalam kenyataannya? Apa saja hal-hal yang harus mereka hadapi? Bagaimana mereka menyikapinya?
DAFTAR FILM:
MANA HANDPHONEKU
I Wayan Januarta / Bali /2016 / 05:00
Handphone Arta selalu ketinggalan, sampai suatu hari membuat sibuk seluruh teman-temannya.
TERGILA-GILA (INSANELY INFATUATED WITH SOMEONE AT THE MOST INAPPROPRIATE TIME)
Nirartha Bas Diwangkara / Denpasar / 2019 / 15:55
Seorang anak perempuan mengalami kebangkitan seksualnya dan dorongan alami membawanya ke ketertarikan fisik pada pamannya yang menderita skizofrenia.
COBLOSAN
Putra Sanjaya / Purbalingga / 2015 / 08:57
Somad dan Kadir adalah pendukung setia calon kades muda yang akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses kades incumbent dengan uang sogokan. Apapun alasannya Somad tidak mau mengkhianati kesetiaannya pada calon kades muda. Sementara Kadir, ragu menolak amplop dengan pemikiran bila sudah di bilik suara tak ada seorang pun tahu pilihannya.
MARIA ADO’E (POOR MARIA)
Gleinda Stefany / Semarang / 2020 / 12:31
Maria, perempuan NTT yang merantau di Pulau Jawa untuk sekolah. Maria kerap berpindah kos karena rasisme di lingkungannya.
PENGEN HAPE (DESIRING A SMARTPHONE)
I Made Suarbawa / Parum Media / 2016 / 14:00
Sekar (16th) ingin HP baru yang lebih canggih.
TENTANG PROGRAMMER:
YURIKA DEWI
Menyelesaikan studi Hukum di UKSW Salatiga, kemudian berkarir di bidang broadcasting radio dan televisi selama 9 tahun. Terlibat dalam produksi film pendek fiksi dan dokumenter bersama komunitas film di Bali. Saat ini menjadi pengasuh Sanggar Bali Tersenyum yang mengembangkan literasi bagi remaja dan anak-anak di Desa Tukadaya, Jembrana, Bali.
Apa yang perlu disiapkan saat mendaftar?
Bali Tersenyum x Rompyok Kopi Kertas Budaya mengundang warga Jembrana (pelajar SMA/SMK, pegiat seni dan yang tertarik pada dunia audio visual) dalam workshop "Penulisan Ide Cerita Film Pendek", yang merupakan rangkaian program publik Sinema Mikro Sanggar Bali Tersenyum.
Dalam pelatihan ini, kita akan belajar bersama menemukan ide dasar sebuah cerita, menggali kemampuan bercerita visual dan bagaimana mengekspresikan ide dengan efektif. Selain itu, kita akan belajar tentang cara mengembangkan konsep menjadi naskah yang siap diproduksi.
Kenapa penulisan ide cerita? Kok bukan workshop membuat film aja?
Penulisan ide cerita film itu penting supaya kita punya pondasi yang kuat. Dengan cerita yang matang, produksi film jadi lebih terarah dan efisien. Kita bisa mengurangi potensi kesalahan, menjaga konsistensi, dan memastikan cerita kita menarik dari awal hingga akhir. Ini salah satu kunci sukses film pendek!
Stop di ide? No!
Tentu saja kita ingin pelatihan ini berkelanjutan hingga ide-ide yang muncul, dapat direalisasikan menjadi film pendek. Kami harapkan para peserta memiliki visi jangka panjang dalam mewujudkan idenya ke dunia nyata berupa film pendek, yang dapat mendorong potensi diri dan menginspirasi dunia.
Pengampu pelatihan ini adalah Nanoq Da Kansas, seorang penulis dan penggerak pendidik seni luar sekolah di Jembrana, yang meyakini bahwa seni dapat menjadi salah satu platform yang cocok untuk mewadahi ledakan kreativitas para remaja yang kadang tak terukur. Om Nanoq - demikian beliau disapa oleh remaja Jembrana - adalah inisiator Festival Seni Pelajar Jembrana dan Festival Dusun Senja. Selain Nanoq Da Kansas, ada juga Made Birus penulis dan sutradara yang belajar film dari berbagai workshop dan telah menghasilkan beberapa judul film pendek fiksi dan dokumenter sejak 2006. Birus banyak beraktivitas bersama Minikino, dan juga menjadi pengasuh Sanggar Bali Tersenyum, sebuah gerakan literasi bagi remaja dan anak-anak di Desa Tukadaya.
Kapan?
Workshop akan dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 26 - 27 Juli 2024, bertempat di Rompyok Kopi Kertas Budaya, Jl. Udayana No 26 Negara, Jembrana. Seluruh peserta diharapkan berkomitmen dengan waktu kehadiran dan tugas-tugas selama sesi pelatihan, sesuai jadwal tertera berikut ini.
Jumat, 26 Juli 2024
10:00 - 15:00 Sesi Workshop
19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Air dan Hutan.
Film: https://www.instagram.com/p/C9Pp2uCy5ec/?img_index=3
Sabtu, 27 Juli 2024
10:00 - 15:00 Sesi Workshop
19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Menyala Kaum Muda!
Film: https://minikino.org/mmsd-juli-2024-menyala-kaum-muda/
Yuk daftar! Pendaftaran paling lambat pada 22 Juli 2024 dan akan ditutup bila jumlah peserta telah mencapai 10 orang. Segera ya.
Jika ada pertanyaan, dapat menghubungi:
surel: sanggar@balitersenyum.id | WA: 085739242842 (made birus)
Cerita Rasa, sebuah festival desa yang telah memasuki tahun ketiga, kembali digelar pada 12 Juli 2024. Tahun ini, festival tersebut berkolaborasi dengan Sinema Mikro Sanggar Bali Tersenyum, sebuah program literasi film dari Kemendikbud Ristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan. Cerita Rasa menyajikan dua film dokumenter yang mengangkat isu air dan hutan di Jembrana, yang menjadi sorotan utama layar tancap sekaligus menjadi benang merah program tahun ini.
Film dalam Cerita Rasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sebagaimana tagline yang diusung yaitu storytelling, film, art & culture. Tahun ini, festival tersebut menampilkan dua film dokumenter yang sangat relevan dengan isu lingkungan setempat. Film pertama, berjudul "Hutan Terakhir" karya Wayan Martino, menggambarkan perjalanan Restu, seorang pengurus pemipaan air bersih untuk warga Yeh Embang Kauh. Film ini menggambarkan perjuangan mendapatkan air bersih dari dalam 'hutan terakhir' yang kini telah dirambah oleh masyarakat.
Dokumenter kedua, berjudul "Kita, Air dan Hutan", merekam cerita dari masyarakat desa Tukadaya tentang upaya mereka memperoleh air bersih dari dalam hutan. Film ini juga mengeksplorasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pengelolaan perhutanan sosial di desa tersebut. Dokumenter ini merupakan hasil karya jurnalistik dalam program Anugerah Jurnalisme Warga Balebengong.id, dengan tim produksi yang terdiri dari Yurika Dewi, Komang Sutirtayasa, dan Made Suarbawa.
Kedua film ini tidak hanya mengangkat isu-isu penting tentang air dan hutan di Jembrana, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang keberlanjutan lingkungan dan peran masyarakat dalam menjaga alam mereka. Melalui layar tancap di festival Cerita Rasa, masyarakat Tukadaya diajak untuk lebih memahami dan menghargai kekayaan alam yang mereka miliki serta tantangan yang dihadapi dalam menjaga lingkungan tersebut.
Tema dua film tersebut menjadi landasan acara “Mengenal Tanaman di Sekitar Kita.” Anak-anak usia 6 hingga 14 tahun diajak mengidentifikasi tanaman yang sering mereka konsumsi, seperti jukut kelor, bayam, kangkung, kekaro, kelentang, dan daun singkong.
Setelah itu, mereka mengamati tanaman di sekitar rumah, meraba, mencium, dan merasakan jenis-jenis tanaman, termasuk kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) yang dijadikan boreh. Anak-anak juga mengenal daun jeruk, pohon anggur, dan sirih.
Setelah sesi pengamatan, mereka membawa beberapa jenis daun dan menuliskan pertanyaan dalam peta pikiran. Kelompok yang menulis tentang daun sirih menemukan penggunaannya dalam porosan untuk canang sari yang kemudian digunakan untuk persembahyangan, sementara kelompok yang menulis tentang puring menemukan bahwa tanaman tersebut digunakan juga sebagai porosan dalam canang sari.
Salah satu kegiatan yang menarik dalam Festival Cerita Rasa 2024 adalah Bioskop Mini, sebuah inisiatif yang dirancang khusus untuk membawa suasana bioskop ke tengah-tengah anak-anak di Desa Tukadaya.
Desa Tukadaya, yang terletak 100 km dari bioskop terdekat di Denpasar atau Badung, adalah tantangan aksesibilitas yang signifikan dalam hal hiburan bioskop. Bagi anak-anak di desa ini, kesempatan untuk menikmati pengalaman bioskop sungguhan mungkin hanya akan muncul ketika mereka memiliki kesempatan untuk pergi ke kota, suatu hal yang mungkin terjadi bertahun-tahun lagi.
Anak-anak yang hadir di Bioskop Mini memiliki kesempatan untuk memilih film yang mereka sukai dari berbagai pilihan yang telah disediakan untuk umur mereka. Mereka juga harus memilih tempat duduk yang mereka inginkan, dan ingin duduk dekat dengan siapa. Proses memilih ini juga merupakan bagian dari pendidikan mereka dalam membuat keputusan yang baik dan menghargai pilihan yang tersedia. Untuk mendapatkan tiket, mereka mengantri dengan tertib, sebuah pelajaran tentang etika sosial yang penting untuk ditanamkan sejak dini.
Ketika mereka duduk untuk menonton film, suasana Bioskop Mini menciptakan pengalaman yang nyaris mirip dengan di bioskop sungguhan. Anak-anak belajar untuk duduk dengan tenang dan menghargai ruang bersama, sambil menikmati cerita yang diproyeksikan di layar besar. Setelah selesai menonton, mereka diberi kesempatan untuk berdiskusi tentang cerita yang mereka saksikan. Diskusi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang cerita dan karakter, tetapi juga mengembangkan kemampuan dan kebiasaan berbicara mereka.
Pengenalan ulang terhadap karya-karya sastra Bali klasik menjadi krusial dalam kehidupan masyarakat Bali, tidak hanya sebagai tuntunan kehidupan sehari-hari tetapi juga sebagai panduan spiritual yang melengkapi upacara-upacara sebagai bagian Panca Gita, yaitu Mantra, Genta, Kidung, Gamelan, dan Kentongan.
Kegiatan pengenalan sastra Bali klasik ini berlangsung dalam bentuk pelatihan singkat yang dimaksudkan untuk memantik minat anak-anak dan remaja. Program ini diisi oleh pak Putu Suaha dari banjar Berawantangi Taman, Tukadaya, dan pak Ketut Subandi dari banjar Moding, Desa Candikusuma. Pak Suaha menekankan bahwa dalam sastra Bali banyak pelajaran yang dapat dijadikan tuntunan hidup. “Seperti pesan dalam Pupuh Ginanti. Kawruhe luir senjata, Ne dadi perabotan sai, Kaanggen ngaruruh merta, Saenun ceninge ceninge urip. Bahwa ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah senjata utama untuk menyambung hidup. Akan selalu kita butuhkan selama kita masih bernafas. Main gim-gim di hape boleh, tapi coba juga gunakan hape untuk belajar metembang, banyak contoh bisa dicari di YouTube misalnya. Pasti akan bermanfaat,” tambah pak Suaha.
Di sisi lain, pak Subandi menyatakan kesiapannya untuk mendampingi anak-anak dalam belajar matembang sastra Bali. “Saya bukan penembang yang hebat, tapi saya punya keinginan untuk belajar. Mari luangkan waktu, buat jadwal rutin untuk kita belajar bersama. Pokoknya saya siap mendampingi. Nah bantes kati juari mekidung di nuju pujawali di pura. Tujuan pang juari, sing perlu juara,” tegas pak Subandi.
Malam festival Cerita Rasa terasa hangat dengan kehadiran masyarakat dari luar desa Tukadaya yang turut meramaikan acara. Umpan balik mereka yang positif dan penuh apresiasi terhadap pentingnya kegiatan ini menjadi dorongan bagi Cerita Rasa untuk terus konsisten. Festival ini telah menunjukkan potensinya sebagai lebih dari sekadar acara biasa; ia menjadi sebuah platform yang memperkaya jiwa dan pengetahuan komunitas secara holistik.
Dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk memastikan keberlanjutan festival ini di tahun-tahun mendatang. Dengan keterlibatan dan kontribusi semua pihak, Festival Cerita Rasa dapat terus menginspirasi dan membangkitkan semangat gotong royong dalam masyarakat. Bersama-sama, kita bisa menjadikan Cerita Rasa sebagai wadah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya serta pengetahuan lokal yang berharga.
Besaran Biaya Pembuatan Website menjadi pertanyaan pertama ketika hendak memiliki web untuk usaha. pertanyaan tentang biaya, merupakan hal yang wajar, apalagi untuk mereka yang baru akan memasuki dunia digital. Perlu diketahui, membangun sebuah website tidak hanya melibatkan kreativitas dalam desain tetapi juga memerlukan perencanaan keuangan yang matang. Biaya pembuatan situs web dapat bervariasi tergantung pada kompleksitas, fitur, dan kebutuhan spesifiknya. Ada komponen-komponen yang perlu diperhatikan saat menentukan biaya pembuatan website.
Pertama, domain adalah alamat unik yang akan menjadi identitas website Anda. Biaya sebuah domain dapat bervariasi berdasarkan ekstensi dan popularitasnya. Beberapa ekstensi domain, seperti .com atau .id, mungkin lebih mahal dibandingkan ekstensi lainnya.
Hosting adalah faktor penting lainnya. Anda perlu memilih penyedia hosting yang dapat menyediakan ruang server untuk menyimpan data website Anda. Biaya hosting dapat bervariasi berdasarkan penyedia dan jenis hosting yang dipilih, seperti shared hosting, VPS, atau dedicated hosting.
Pengembangan dan desain situs web merupakan komponen yang dapat berdampak signifikan terhadap biaya. Jika Anda memerlukan desain khusus, fungsionalitas kompleks, atau integrasi dengan sistem lain, biaya pengembangan dapat meningkat. Menggunakan platform sumber terbuka seperti WordPress mungkin lebih ekonomis dibandingkan dengan solusi khusus.
Keamanan situs web sangat penting. Biaya sertifikat SSL untuk mengamankan koneksi antara pengguna dan server harus diperhitungkan. Selain itu, fitur keamanan tambahan seperti firewall atau antivirus mungkin menambah biaya.
Pemeliharaan dan pembaruan website perlu dianggarkan secara berkala. Ini termasuk biaya untuk memperbarui konten, mengatasi bug, atau meningkatkan fitur seiring berkembangnya teknologi.
Tidak boleh diabaikan, biaya pemasaran situs web juga harus dipertimbangkan untuk meningkatkan visibilitas dan menarik pengunjung.
Dengan mempertimbangkan semua komponen ini, pemilik website dapat membuat perkiraan biaya yang lebih akurat dan mengelola anggaran mereka secara efektif dalam proses pembuatan dan pemeliharaan website mereka.
Banyak individu dan entitas dapat memperoleh manfaat dari memiliki situs web. Berikut adalah beberapa contoh siapa yang mungkin memerlukan situs web dan alasannya:
Bisnis atau Usaha
Sebagian besar bisnis memerlukan kehadiran online untuk meningkatkan visibilitas, menjangkau audiens target yang lebih luas, dan memberikan informasi tentang produk atau layanan mereka. Website juga dapat digunakan untuk menjalankan toko online dan memfasilitasi transaksi e-commerce.
Profesional independen seperti dokter, pengacara, konsultan, atau seniman dapat menggunakan situs web untuk memperkenalkan diri, memamerkan portofolio pekerjaan mereka, dan memberikan informasi kontak kepada klien potensial.
Individu yang menulis blog atau membuat konten kreatif dapat menggunakan situs web untuk membangun audiens, berbagi pemikiran, atau memasarkan karya mereka.
Organisasi nirlaba, seperti yayasan amal atau kelompok advokasi, dapat menggunakan situs web untuk menggalang dana, menyebarkan informasi tentang tujuan mereka, dan menyediakan saluran komunikasi dengan para pendukung.
Sekolah, perguruan tinggi, atau institusi pendidikan dapat memiliki website untuk memberikan informasi tentang program studi, jadwal perkuliahan, dan akses terhadap sumber daya pendidikan online.
Pemerintah daerah, nasional, atau lembaga publik lainnya dapat menggunakan situs web untuk memberikan informasi kepada warga, menerima laporan, dan memfasilitasi interaksi dengan masyarakat.
Industri Kreatif dan Artistik: Fotografer, musisi, dan seniman lainnya dapat menggunakan situs web untuk memamerkan karya mereka, menjual produk atau layanan, dan membangun basis penggemar.
Individu atau perusahaan yang menyelenggarakan acara dapat menggunakan situs web untuk mempromosikan acara tersebut, menjual tiket secara online, dan memberikan informasi terkait.
Pentingnya memiliki situs web dapat diringkas dalam kemampuannya meningkatkan visibilitas, membangun kepercayaan, memberikan informasi, dan memfasilitasi interaksi dengan audiens atau calon pelanggan online.
Membuat website penting karena beberapa alasan dan dapat dilihat sebagai langkah strategis di era digital. Berikut beberapa alasan mengapa membuat situs web itu penting dan bagaimana cara melakukannya:
Visibilitas Online: Situs web memberikan visibilitas online kepada bisnis atau individu, memungkinkan mereka dijangkau oleh khalayak yang lebih luas.
Kehadiran Merek: Situs web membantu membangun dan memperkuat kehadiran merek, memberikan citra profesionalisme dan kredibilitas.
Aksesibilitas 24/7: Website dapat diakses kapan saja, memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mendapatkan informasi atau berbelanja produk dan layanan kapan saja.
Pemasaran Digital: Situs web berfungsi sebagai landasan strategi pemasaran digital, termasuk SEO, media sosial, dan kampanye iklan online untuk meningkatkan visibilitas dan daya tarik bagi target pasar.
Interaksi Pelanggan: Situs web menyediakan platform untuk berinteraksi dengan pelanggan melalui formulir kontak, fitur komentar, atau obrolan langsung.
Penjualan Online: Jika bisnis melibatkan penjualan produk atau layanan, situs web memungkinkan terjadinya transaksi online, memperluas pasar, dan meningkatkan pendapatan.
Analisis dan Pemantauan: Situs web menyediakan data analitis yang memungkinkan pemantauan kinerja, membantu pengambilan keputusan yang lebih baik dalam strategi bisnis.
Pilih Nama Domain
Pilih nama domain yang mencerminkan merek atau konten situs web. Pastikan domain tersedia dan mudah diingat.
Pilih Platform Situs Web
Ada berbagai platform pembuatan situs web seperti WordPress, Wix, atau Squarespace. Pilih salah satu yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat keahlian Anda.
Desain Responsif
Pastikan desain website responsif, artinya dapat diakses dengan baik baik dari komputer maupun perangkat seluler.
Tambahkan Konten Berkualitas: Isi situs web dengan konten yang informatif, relevan, dan menarik. Ini dapat mencakup teks, gambar, atau video.
Optimalkan SEO
Gunakan praktik SEO (Search Engine Optimization) untuk meningkatkan peringkat situs web di mesin pencari, sehingga meningkatkan visibilitas.
Integrasikan Media Sosial
Hubungkan situs web ke akun media sosial untuk meningkatkan interaksi dan memperluas jangkauan.
Keamanan: Pastikan keamanan situs web dengan menggunakan sertifikat SSL dan memperbarui perangkat lunak secara berkala.
Pemeliharaan dan Pembaruan
Melakukan pemeliharaan rutin dan memperbarui konten untuk menjaga situs web tetap relevan dan aman.
Dengan membuat situs web yang dirancang dengan baik, Anda dapat memanfaatkan potensi penuh dari kehadiran online untuk mencapai tujuan bisnis atau pribadi Anda.
Akhir pekan antara perayaan Galungan dan Kuningan, pada tanggal 5 dan 6 Agustus 2023, Sanggar Bali Tersenyum kembali dengan program Festival Cerita Rasa. Sebagai inisiatif ruang literasi bagi anak-anak sekitar; berkumpul dan mendorong mereka untuk membaca, bercerita, menggambar, mengenal kuliner khas pedesaan hingga membuat kerajinan.
Tahun 2019 merupakan awal Bali Tersenyum mengundang anak-anak datang dan berkegiatan dengan menyediakan buku-buku bacaan dan peralatan menggambar dan mewarnai. Salah satu yang sering datang adalah Dedek, diajak oleh kakaknya Juni. Ketika itu Juni sudah kelas 4 SD sedangkan Dedek belum bersekolah.
Dedek adalah anak yang selalu ceria, aktif dan ceplas-ceplos. Ruang seperti Sanggar ini menjadi alternatif tempatnya bermain, selain interaksi di rumah, di sawah dan sekitar desa bersama teman sebaya. Usia mereka mulai 7 hingga 13 tahun. Mereka bersekolah di tempat yang berbeda. Walaupun begitu, dalam kesehariannya mereka bermain bersama-sama karena rumah mereka berdekatan.
Saat kabar Festival Cerita Rasa kembali digelar kami sebarkan seminggu sebelumnya, Dedek sangat aktif datang menanyakan apa yang bisa dia lakukan saat festival. Dia juga menjadi penggerak, mengajak teman-teman sepermainannya untuk ikut datang. Ini membuat kami merasa bersemangat juga, karena merasa apa yang kami lakukan di halaman rumah, dapat memantik semangat dan antusiasme. Mungkin mereka hanya menganggap acara ini tempat bermain saja. Namun kita tahu, bahwa ruang-ruang literasi apapun bentuknya sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan anak-anak.
Saat kami masih menyiapkan peralatan dan waktu pembukaan masih beberapa jam lagi, mereka datang beramai-ramai menggunakan sepeda sambil tertawa-tawa riang.
“Pak Dek, jam kudo mulai?” teriak Dedek dari atas sepedanya.
“Jam dua!” jawab kami.
“Men keto kal mulih malu.”
“Dini gen melali, sambila maco buku.” jawab saya mengarahkan mereka ke teras, tempat rak buku disiapkan.
Mereka masih punya serentetan pertanyaan. Apakah boleh ikut menggambar seperti tahun lalu? Bolehkah mengajak teman-teman yang lain? Apakah ada hadiah? Jawaban dari kami adalah ya dan boleh untuk pertanyaan mereka. Karena acara Festival Cerita Rasa adalah hadiah kami untuk mereka.
Acara pun dimulai jam dua siang, dengan pembukaan pameran foto Suryagrafi. Dedek dan teman-temannya duduk di deretan kursi paling depan. Made Birus selaku penggagas Festival Cerita Rasa membuka pameran dan memberikan penjelasan mengenai pameran tersebut. Foto-foto yang dipamerkan merupakan hasil dari program rekam matahari, yang menggunakan metode kamera lubang jarum atau pinhole. Teknik ini mengandalkan prinsip dasar penangkapan cahaya tanpa lensa, menghasilkan gambar-gambar yang unik dan penuh karakter.
Anak-anak diberikan kesempatan pertama memasuki ruang pameran. Mereka mendapat penjelasan bagaimana proses pengambilan foto suryagrafi, dan bagaimana bentuk dan cara kerja kamera lubang jarum. Walau mungkin belum paham benar dengan apa itu suryagrafi atau kamera lubang jarum, Dedek dan teman-temannya menikmati foto-foto yang tertempel di dinding. Mereka berusaha membaca keterangan foto dan mengenali setiap objek foto dan lokasinya. Sepuluh foto yang dipamerkan tersebut diambil di beberapa wilayah Yogyakarta, Jawa Barat dan Bali. Fotografer yang terlibat adalah Nur Hasanah Sawil dari Jawa Barat; Irman Ariadi dari Yogyakarta; Stanis Obeth Hollyfield, Syafiudin Vifick, Ivy Sudjana dan Adyatma, serta Made Suarbawa dari Bali.
Saat para pengunjung festival lain menikmati pameran foto, anak-anak diajak untuk menggambar. Anak-anak berebut mengambil kertas gambar, pensil, penghapus dan krayon. Pak Mang Tirta dari panitia festival memberitahukan, bahwa acara menggambar hari ini dan besok sedikit berbeda. Mereka diberikan contoh gambar yang terpotong-potong, dan untuk membentuk sebuah gambar mereka harus melempar dadu. Cara unik ini awalnya membuat mereka bingung, namun setelah diberitahu caranya mereka dengan antusias mengikuti. Dedek bahkan meminta hingga tiga kertas gambar. Katanya, selain menggambar menggunakan dadu, dia ingin menggambar bebas. Sejenak dia memisahkan diri dari kelompok. Setelah dicari-cari ternyata dia sedang menggambar logo Bali Tersenyum yang ada di tembok. Dia kembali sambil tertawa-tawa dan memperlihatkan hasil gambarnya.
Setelah menggambar usai, anak-anak diarahkan untuk pulang ke rumah masing-masing dan kembali lagi untuk acara sore, yaitu ruang literasi sastra Bali dan menonton film. Maka tinggal kami yang dewasa duduk melingkar dengan kursi plastik biru yang kami pinjam dari inventaris Banjar Berawantangi Taman.
Obrolan orang dewasa hari itu berkisar cerita-cerita dari mereka yang ikut duduk. Pertama kami menggosipkan tentang literasi dan keluh kesah di antaranya, bersama teman-teman senior Yayasan Kertas Budaya Indonesia. Tentu saja kami diarahkan untuk tidak bergosip. Lakukan saja, itu akan membahagiakan. Dari pada menunggu orang lain untuk melakukannya, karena menunggu itu membosankan.
Kemudian cerita kami berpindah ke Bali Utara ketika Kardyan Narayana dan Dian Suryantini bergabung. Sejurus kemudian, obrolan berpindah tentang pariwisata berkelanjutan, pelestarian bambu, terumbu karang, bakau dan sekitarnya, saat teman baru kami Nyoman Gerry dari Sea Community bergabung bersama kami. Ada tukar cerita dan tukar kontak WA agar mereka bisa ngobrol lebih jauh mengenai hal-hal yang menarik bagi mereka masing-masing.
Sore hari setelah acara dilanjutkan dengan literasi sastra Bali. Dedek dan teman-temannya duduk di kursi yang telah disediakan dan terlihat ingin tahu. Komang Sutirtayasa alias Pak Mang Tirta, salah satu pengasuh Sanggar Bali Tersenyum muncul membawa gitar dan duduk di panggung. Ia bertanya, apakah ada yang mau menyanyi? Ternyata tawaran ini mengagetkan Dedek dan teman-temannya. Setelah saling tunjuk, akhirnya Dedek dan dua temannya naik ke atas panggung menyanyikan Sekar Rare atau lagu-lagu anak Bali yang bernada ceria. Ada Putri Cening Ayu, Made Cenik, Ketut Garing hingga Meong-meong. Gelak tawa salah nada dan lupa lirik mewarnai aksi panggung ini.
Usai menyanyi, panggung kembali diisi dengan satua Bali. Saya membawakan kisah Be Jeleg Tresna Telaga, yang mengisahkan tiga ekor be jeleg atau ikan gabus yang tidak pernah meninggalkan telaga tempat mereka tinggal, hingga Tuhan mengabulkan doa mereka untuk mengirimkan hujan dan membuat telaga dipenuhi air kembali. Pak Mang Tirta membawakan cerita I Kedis Lanjana, yang mengisahkan bagaimana Lanjana si burung kecil bersiasat menghadapi I Muun si burung besar yang serakah dalam mencari makan, dan menindas burung-burung kecil.
Ruang literasi sastra Bali kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan pupuh yang dibawakan oleh Pak Putu Suaha, seorang pegiat sastra Bali. Pak Putu mengajak dan mengharapkan anak-anak untuk mengenal dan berminat belajar magending Bali mulai dari sekar rare, geguritan, kekidungan hingga kekawin. Pak Putu juga menyanyikan salah satu pupuh.
Malam hari diisi dengan pemutaran. Para penonton datang berbondong-bondong bersama anak dan keluarga mereka. Acara ini adalah yang paling dinanti masyarakat tetangga di sekitar Sanggar. Terpal plastik dibuka di depan layar, sementara kursi-kursi diatur di bagian belakangnya. Tentu saja Dedek dan teman-temannya duduk paling depan, bersantai sambil rebahan. Ada empat judul film pendek yang diputar, yang merupakan program dari Minikino “Indonesia Raja 2023: Yogyakarta & Jawa Tengah”.
Salah satu film berjudul “SERANGAN OEMOEM” paling membuat anak-anak terkesan. Mungkin karena filmnya berupa animasi yang akrab dengan mereka, karakter dalam film itu juga adalah anak-anak. Film ini berkisah tentang usaha anak-anak Yogyakarta yang membujuk Naga Antaboga, untuk membantu Kota Yogyakarta dari bencana serangan monster. Ada satu kata yang disebut oleh sang naga yang mendadak populer disebut-sebut oleh anak-anak, yaitu ‘Emoh’.
Hari kedua festival, Dedek dan teman-temannya lebih antusias lagi datang. Sanggar Bali Tersenyum benar-benar menjadi tempatnya bermain. Hari kedua memang dimulai sejak jam 10 pagi dan khusus sesi menggambar bagi anak-anak. Yang menjadi catatan dan pertanyaan besar bagi kami, kenapa anak-anak selalu menganggap apa yang mereka gambar “jelek”? Kami menghibur diri dengan mengatakan pada anak-anak bahwa, acara menggambar ini bukan untuk membuat gambar yang bagus atau jelek. Ini adalah acara bersenang-senang, menuangkan apapun yang ingin mereka gambar, warna apapun yang ingin mereka goreskan. Merdeka menggambar!
Di antara anak-anak, hadir juga teman-teman mahasiswa Universitas Udayana yang sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tukadaya. Kehadiran mereka memberikan secercah perspektif bagi anak-anak tentang orang Indonesia. Karena mereka berkesempatan berkenalan dengan kakak-kakak dari berbagai daerah. Ada dari Papua, Sumatra, Jawa, Sulawesi dan tentunya Bali.
Sambil menunggu acara selanjutnya yaitu Pentas Cerita, Dedek dan teman-teman serta kakak-kakak mahasiswa menikmati lebura. Jajo (jajan) Lebura, merupakan sisa makanan yang dihasilkan dari persembahan yang diolah kembali dengan cermat. Perpaduan kue kering dari berbagai jenis, pisang, dan kadang ditambahkan gula dan kelapa parut. Tujuannya bukan sekedar untuk mengurangi limbah makanan seperti di zaman modern ini, ngelebur adalah tradisi menikmati anugerah Tuhan.
Pentas Cerita dimulai jam 4 sore. Panggung ini merupakan ruang untuk memberikan kesempatan dan keriaan bagi anak-anak untuk mencoba bercerita atau membaca cerita dalam berbagai bentuk, di depan teman-temannya. Kali ini ada Nanda dan Puspa yang menjadi pembawa acara sekaligus tampil membaca puisi. Nanda yang belum pernah beraksi di depan orang banyak mengatakan tangannya dingin dan gemetar sebelum tampil. Namun semakin sering bolak balik naik turun panggung, rasa dingin itu hilang perlahan. Nanda jadi tambah pede saat ia kemudian membacakan cerita ditemani Puspa yang membacakan puisi. Selain mereka, ada pula Vira, Lina yang sama-sama membacakan dongeng dari buku dongeng karya maestro dongeng Bali, Made Taro.
Pentar Cerita disiapkan sebagai panggung terbuka, yaitu terbuka bagi siapapun yang ingin tampil. Selain ditonton anak-anak dan orang tuanya, hari itu hadir pula mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur. Mereka adalah Mahasiswa KKN yang sedang menjalankan programnya di SD Negeri 4 Melaya. Kedatangan mereka, juga sekaligus menyerahkan sejumlah buku bacaan, yang menambah koleksi Rumah Baca Bali Tersenyum.
Hari kedua festival ditutup dengan pemutaran film. Kali ini yang diputar adalah enam judul film yang tergabung dalam Indonesia Raja 2023: Bali. Program ini adalah kemasan Bali yang disusun oleh Kardian Narayana dengan tajuk “Bukan Fiksi” yang mengangkat topik kekerasan dan lingkungan.
Salah satu film berjudul @ItsDekRaaa, adalah film produksi Sanggar Bali Tersenyum, yang menampilkan anak-anak Desa Tukadaya, sebagai pemain. Ada juga film lainnya yang merupakan film Animasi berjudul “Anak Anak Milenial” produksi Film Sarad, melibatkan Puspa Dewi, salah satu anak asuh Sanggar Bali Tersenyum sebagai pengisi suaranya.
Kami merasakan bahwa Dedek dan teman-temannya sangat senang mengikuti festival. Bahkan sehari setelahnya, saat kami membongkar layar dan merapikan sarana lain, Dedek datang bersama dua temannya. Kami membekali mereka dengan kertas-kertas puisi, meminta untuk mereka membaca dan menyiapkan diri untuk tampil pada Festival Cerita Rasa 2024. Sampai Jumpa Lagi Semeton.
Berbagi kisah di Festival Cerita Rasa 2023 di Desa Tukadaya, pada tanggal 5 dan 6 Agustus lalu, sebuah festival pedesaan inisiatif Sanggar Bali Tersenyum. Festival dua hari ini menggabungkan pengenalan literasi, kuliner, seni, dan hiburan modern dalam rangkaian acara yang menarik dan beragam.
Cerita Rasa 2023 dibuka dengan pameran fotografi. Pameran ini memperkenalkan keunikan konsep foto suryagrafi atau solargrafi. Menghadirkan sepuluh karya menakjubkan, yang menampilkan lintasan matahari dari berbagai daerah.
Foto-foto yang dipamerkan merupakan hasil dari program rekam matahari, yang menggunakan metode kamera lubang jarum atau pinhole. Teknik ini mengandalkan prinsip dasar penangkapan cahaya tanpa lensa, menghasilkan gambar-gambar yang unik dan penuh karakter.
Salah satu karya yang dipamerkan adalah buah karya I Made Suarbawa, yang diambil di persawahan Banjar Pangkung Jajang, Desa Tukadaya, dengan meletakkan kamera kaleng atau kamera lubang jarum pada sudut tertentu selama dua minggu untuk merekam pergerakan matahari. Dalam hasil foto tergambar sebuah pelinggih dan lelakut dan juga garis-garis matahari yang bergerak, berubah setiap harinya. Menurut Birus, sapaan Suarbawa, semakin lama kamera tersebut diposisikan, maka akan semakin banyak garis matahari yang ditangkap dan efek artistik akan semakin menarik.
Setelah pembukaan pameran foto, dilanjutkan dengan presentasi kuliner olahan nyawan alias lebah. Yang diolah dari lebah adalah sarang yang masih berwarna putih dan masih penuh larva lebah. Hari itu, olahan yang dibuat adalah brengkes nyawan. Dengan pengolahan sederhana dan bumbu yang sederhana pula, seperti masakan Bali pada umumnya yang mengandalkan bumbu dasar suna cekuh, keberadaan sarang lebah dan larvanya menghasilkan cita rasa yang khas dan juga nikmat.
Sore harinya, ruang literasi sastra Bali Cerita Rasa menghadirkan satua Bali, menampilkan cerita-cerita klasik penuh makna. Saya berkesempatan membaca satua I Kedis Lanjana. Dalam cerita tersebut diceritakan kedis lanjana yang bertubuh kecil, dengan cerdik memperdaya I Muun yang bertubuh besar dan sok berkuasa hingga akhirnya mengakui kekalahannya. Dari cerita tersebut memberi pesan bahwa siapapun yang merasa lebih besar atau lebih kuat, hendaklah saling menghargai, tidak sombong dan tamak.
Tampil juga Yurika Dewi, yang membawakan satua Be Jeleg Tresna Telaga. Cerita ini mengantarkan kisah Be Jeleg yang setia pada danaunya meski dilanda kemarau panjang. Kisah Be Jeleg ini menjadi cermin kepedulian pada asal-usul dan tanah kelahiran, seperti juga melihat Bali dan bahasa Bali yang perlu digunakan dan dijaga.
Ruang literasi ini juga memperkenalkan pupuh-pupuh Bali, sebuah kumpulan lagu-lagu tradisional yang memiliki kedalaman makna dan pesan. Sesi ini menghadirkan Pak Putu Suaha, seorang pegiat sastra Bali dan memiliki perhatian pada kesenian tradisional. Anak-anak diajak untuk mengenali dan semoga berminat belajar megending Bali mulai dari sekar rare, geguritan, kekidungan hingga kakawin.
Nonton Film Dari Yogyakarta dan Jawa Tengah
Malam, pada hari pertama Cerita Rasa, para pengunjung festival diajak menikmati pemutaran film “Indonesia Raja 2023: Yogyakarta & Jawa Tengah”, yang memutar 4 film pendek. Salah satu Film berjudul “SERANGAN OEMOEM” yang merupakan film animasi karya Fajar Martha Santosa, berhasil menarik perhatian anak anak yang hadir. Film ini berkisah tentang usaha anak anak Yogyakarta yang membujuk Naga Antaboga, untuk membantu Kota Yogyakarta dari bencana serangan monster.
Percakapan antara anak-anak dan Naga Antaboga dalam film “Serangan Oemoem” menjadi hal menarik yang menjadi perhatian anak anak, salah satunya panggilan “Mas Nogo, mas Nogo”, dan dijawab “Emoh!” Dengan aksen Jawa yang kental diingat beberapa anak yang dianggap menarik dan menggelitik. Bahkan ada anak yang punya ide, percakapan itu mereka bahasa balikan, “Bli Nago, Bli Nago,” jawabnya “Koh ati!”.
Film-film lain yang diputar juga tidak kalah menarik yang mengisahkan budaya dan kehidupan masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Terasa jauh, namun akrab, terutama banyak kosa kata bahasa Bali yang serupa, dan lingkungan Jembrana juga memiliki masyarakat yang multikultural, sehingga bahasa Jawa cukup akrab di telinga, walau tidak mengerti sepenuhnya.
Festival Cerita Rasa Yang Semakin Ramai
Pada hari kedua Cerita Rasa, pada pukul 10 pagi, acara dimulai dengan menggambar bersama, yang diikuti anak-anak sekitar sanggar dan beberapa yang datang dari luar desa. Melalui pendampingan dan arahan, kegiatan ini memberikan ruang bagi anak-anak untuk berekspresi dengan lebih berani. Mereka diajak untuk menuangkan ide-ide kreatif mereka dengan warna-warna ceria dan bebas, menciptakan karya seni yang mencerminkan keceriaan dan imajinasi mereka. Kegiatan semacam ini tidak hanya memperkuat keterampilan seni anak-anak, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang keberanian, kebebasan berekspresi, dan kerjasama dalam lingkungan yang mendukung dan positif.
Festival Cerita Rasa juga dikunjungi mahasiswa Universitas Udayana yang sedang menjalani kuliah kerja nyata di Desa Tukadaya. Dalam kunjungan tersebut, mereka mengunjungi ruang pameran foto suryagrafi. Mereka juga dengan hangat ikut mendampingi anak-anak dalam kegiatan menggambar bersama, memberikan pandangan segar dan semangat pada proses kreatif anak-anak. Sambil menikmati kelezatan Jajo Lebura, momen ini menjadi ajang pertemuan dan sharing cerita yang memberikan inspirasi baru bagi semua pihak.
Lebura dan Penghormatan Pada Makanan
Bicara Jajo Lebura, kuliner ini adalah konsep inovatif untuk mengatasi permasalahan food waste atau sisa makanan. Pada perayaan Galungan, diadakan upacara doa dengan menghaturkan persembahan, yang setelahnya, persembahan tersebut kita ambil lagi dan dinikmati bersama keluarga. Karena jajanan persembahan jumlahnya cukup banyak dan bukan sesuatu yang mengiurkan, maka disiasati dengan menjadikannya “Lebura”.
Dalam konsep Jajo Lebura, sisa makanan yang dihasilkan dari persembahan tersebut diolah kembali dengan cermat. Perpaduan kue kering dari berbagai jenis, pisang, dan kadang ditambahkan gula dan kelapa parut. Tujuannya bukan sekedar untuk mengurangi limbah makanan seperti di zaman modern ini, ngelebur adalah tradisi menikmati anugerah Tuhan. Menikmati makanan yang sudah mendapat doa dan perkenan-Nya. Tradisi ini juga dapat menjadi upaya menjaga keberlanjutan dan menghormati nilai-nilai budaya yang diwujudkan dalam perayaan Galungan. Konsep Jajo Lebura memberikan pesan kuat tentang penghormatan terhadap makanan, keberlanjutan, dan menghargai warisan budaya.
Storytelling Di Panggung dan Layar
Siang harinya, Festival Cerita Rasa juga menerima kunjungan dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, yang sedang mengikuti Kuliah Kerja Nyata di SD Negeri 4 Melaya. Mereka berkesempatan untuk menyaksikan anak-anak membacakan cerita, berpuisi dan bernyanyi dengan riang pada panggung Cerita Senja. Di momen yang istimewa ini, mereka turut berkontribusi dengan menyumbangkan buku-buku bacaan, tentunya untuk memperkaya koleksi buku di Rumah Baca Bali Tersenyum.
Panggung Cerita Senja adalah konsep panggung open mic untuk yang berkenan membaca cerita, puisi, mendongeng. Ruang ini disediakan sebagai ruang pemancing minat baca dan rasa percayadiri tampil di depan umum.
“Aduh, gemetar tangan saya. Padahal yang nonton tidak banyak.” kata Nanda, remaja kelas dua SMP, yang berhasil menunaikan tugas membaca puisi dan menjadi MC acara. Demikian juga dengan Lina, siswi yang baru menapaki kelas tujuh, awalnya merasa tidak bisa. Namun akhirnya berhasil tampil membaca sebuah dongeng.
Melihat kakak-kakaknya tampil membaca, adik-adik yang masih duduk di kelas 3 dan empat SD, merasa tertantang dan berjanji akan tampil pada Festival Cerita Rasa 2024. Hari itu, masing-masing dari mereka membawa pulang selembar puisi untuk mereka pelajari.
Pada malam hari sebagai acara penutup festival, enam film dari Bali diputar. Program ini adalah kemasan Indonesia Raja Bali 2023 yang disusun oleh Kardian Narayana dengan tajuk “Bukan Fiksi” yang mengangkat topik kekerasan dan lingkungan.
Acara pemutaran film ini menjadi kesempatan bagi pengunjung untuk menyaksikan dan merasakan isu-isu sosial dan lingkungan yang nyata terjadi di Bali, melalui medium film. Walaupun mungkin kejadian itu jauh dari desa kita, namun empati dan rasa kemanusiaan akan menjadi penghubung dengan mereka yang mengalami kejadian seperti dalam film tersebut.
Salah satu film berjudul @ItsDekRaaa, adalah film produksi Sanggar Bali Tersenyum, yang menampilkan anak-anak Desa Tukadaya, sebagai pemain. Ada juga film lainnya yang merupakan film Animasi berjudul “Anak Anak Milenial” produksi Film Sarad, melibatkan Puspa Dewi, salah satu anak asuh Sanggar Bali Tersenyum sebagai pengisi suaranya.
Pemutaran dua program film “Indonesia Raja” di Festival Cerita Rasa 2023 menjadi jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan cerita-cerita inspiratif dari daerah sendiri dan luar Bali. Selain hiburan, acara ini mendorong refleksi, pembelajaran, kepedulian lingkungan dan kemanusiaan, serta meningkatkan apresiasi dan penghargaan terhadap karya seni dan budaya Indonesia yang kaya dan beragam.
Festival Cerita Rasa 2023 di desa Tukadaya menjadi upaya memberikan hiburan dan juga mengembangkan kesadaran literasi, kepedulian lingkungan dan kemanusiaan serta mendukung pelestarian nilai-nilai budaya lokal. Sampai jumpa di Festival Cerita Rasa 2024.
Festival Desa Cerita Rasa pertama tahun 2022 telah terlaksana dengan baik pada Sabtu, 30 Juli 2022 mulai pukul 12:00 hingga 21:00 wita. Kegiatan ini mendapat tanggapan yang sangat positif dari lapisan masyarakat Tukadaya dan sekitarnya, termasuk dari media. Sebagai sebuah rintisan festival di pedesaan untuk merayakan cerita, cita rasa, dan mempromosikan kepedulian lingkungan, budaya, dan kemanusiaan, semangat cerita rasa akan dijaga untuk dapat hadir kembali pada tahun 2023.
Seluruh rangkaian acara berjalan dengan baik sebagaimana daftar acara yang telah direncanakan yaitu; Presentasi Kuliner, Pelatihan Fotografi, Belajar Melukis , Pentas Cerita dan Pemutaran Film. Publikasi di media online dapat diakses di nusabali.com, balebengong.id, tatkala.co dan sebagainya, yang bisa ditemukan di pencarian Google dengan kata kunci “festival tukadaya” atau “cerita rasa festival 2022”
Presentasi Kuliner Pembuatan Minyak Kelapa.
Keberadaan lontong serapah sudah mulai jarang ditemukan di Jembrana. Hal ini disebabkan oleh sudah jarangnya pembuatan minyak kelapa tradisional dilakukan oleh masyarakat setempat. Seperti kita tahu, minyak kelapa sudah di gantikan oleh minyak sawit kemasan. Dalam kegiatan ini kami memperkenalkan dan melibatkan anak-anak dalam proses awal pembuatan minyak kelapa.
Pelatihan Fotografi, Memotret Tanpa Kamera.
Kamera sudah lekat dengan remaja kita, karena setiap smartphone sudah dilengkapi dengan kamera yang bagus. Hal itu mendorong pelaksanaan pelatihan fotografi bagi remaja, guna memperkenalkan dasar-dasar fotografi, memperkenalkan profesi fotografer dan bagaimana usaha foto & video itu berjalan. Kegiatan ini diikuti oleh delapan peserta, dimana 85% peserta berasal dari desa Tukadaya.
Melukis Bersama
Menggambar bersama diikuti oleh tidak kurang dari tiga puluhan anak. Mereka datang dari beberapa banjar di Desa Tukadaya, dan ada juga dari desa sekitarnya. Program melukis ini merupakan ruang bermain dan belajar bagi anak-anak. Kegiatan ini, lebih ditujukan sebagai momen beraktivitas bersama, baik itu kerjasama antar anak-anak dan juga pendampingan oleh orang tua. Kegiatan melukis ini, ditemani seniman rupa asal Tukadaya, Wayan Wasudewa (WSDW).
Pentas Cerita.
Mesatua atau mendongeng merupakan pola penanaman nilai-nilai kehidupan yang sangat penting di dalam keluarga. Menampilkan Ayu Nila yang membaca cerita dari buku karya Made Taro, dan Melany yang mendongeng tentang balas budi semut pada burung merpati.
Program ini ditujukan untuk memancing kembalinya minat orang tua bercerita atau mendongeng untuk anaknya. Yang juga semoga dapat meningkatkan minat baca di dalam keluarga-keluarga pedesaan.
Pemutaran Film.
Film yang diputar @ItsDekRaaa karya Made Suarbawa, Pekak Kukuruyuk karya Agung Yudha, dan Besok Saya Tidak Masuk Sekolah karya Oka Sudarsana.
Malam itu, puluhan orang memadati halaman Rumah Baca Bali tersenyum untuk menyaksikan wajah anak mereka, tetangga, dan alam desanya tampil di layar lebar. Ada sentuhan rasa yang berbeda dalam tatapan mata mereka.
Harapan dan Terimakasih
Kami segenap pengasuh Rumah Baca Bali Tersenyum mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak dan berharap bahwa kegiatan rintisan ini akan bisa kita lakukan kembali sebagai sebuah kegiatan bersama. Bersama-sama kita akan mebangun ruang untuk saling mendengar, merasakan, berbagi dan mendokumentasikan cerita, rasa dan peristiwa. Sampai jumpa lagi tahun 2023.
Memotret sudah menjadi bagian keseharian kita yang memiliki smartphone berkamera. Komputer kecil dengan berbagai fasilitas manipulasi gambar, seakan tidak bisa lepas dari genggaman. Siapa yang sekarang bisa pergi lebih dari delapan jam tanpa smartphone?
Melihat fenomena tersebut, Cerita Rasa Festival 2022 menghadirkan pelatihan fotografi dasar dan pengenalan profesi fotografer. Program ini ditujukan bagi remaja pedesaan yang mulai tertarik dengan fotografi ataupun mereka yang sudah mempraktekkan fotografi, namun ingin belajar bersama.
Setiap pemilik smartphone berkamera akan otomatis segera menjadi pemotret. Mereka akan menggunakan fasilitas kamera di gadget mereka sebagai sebuah hal yang biasa saja, serupa dengan berbagai aplikasi yang ada di dalam smartphone mereka. Mengambil foto hanya untuk bersenang-senang, terutama ketika wajah mereka ada di dalam foto. Karena itu, swafoto menjadi favorit walaupun masih banyak yang malu-malu. Foto-foto itu kemudian dibagikan untuk mendapatkan perhatian dari teman-teman maya mereka di media sosial.
Dalam pelatihan fotografi Cerita Rasa yang berlangsung pada tanggal 30 Juli 2022 di Rumah Baca Bali Tersenyum Jembrana, para peserta dihantarkan untuk mengetahui unsur-unsur yang membuat fotografi itu ada. Peserta diperkenalkan pada prinsip dasar fisika yang membentuk kamera hingga menghasilkan gambar dan sisi estetik yang menjadi sisi indah dari fotografi.
Kesadaran Visual
Kemudahan yang disuguhkan teknologi digital, seringkali membuat kita memotret tanpa pertimbangan terlebih dahulu, apa hasil yang diinginkan. Memotret apa saja, kemudian dihapus atau mengeluh memori handphone penuh.
Sebagai pemantik kesadaran visual, peserta diajak untuk belajar mengamati dan membaca sebuah foto kemudian mengungkapkan rekaman visual yang mereka temukan. Selain itu, peserta melakukan observasi objek foto dan melakukan pemotretan tanpa kamera, untuk kemudian melakukan presentasi kecil tentang foto imajiner yang mereka buat.
Untuk memberikan pengalaman praktis, peserta diberikan kesempatan mengeksplorasi kamera DSLR. Mereka mengalami gambar under dan over exposure, melihat arah cahaya, mencoba komposisi dan framing.
Semua Mulai Dari Nol
Persoalan paling banyak yang ditemukan dari peserta adalah rasa khawatir bahwa mereka tidak bisa, tidak mengerti yang akhirnya tidak bersedia mencoba sesuatu yang baru. Hal ini kelihatannya menjadi sesuatu yang lebih penting untuk dipecahkan, ketimbang mempelajari cara menggunakan gadget canggih.
Beruntunglah ada dua narasumber yang memberikan pandangan dan pengalaman, bagaimana mereka memulai masuk ke dunia fotografi dan membuka usaha foto dan video mulai dari nol. Mereka adalah Dwi Artawan pemilik Relief Studio dan Komang Triadi pemilik Chandra Photography.
Dwi menceritakan bahwa masuk ke dunia foto dan video bukan cita-cita atau tujuan. Dia pergi merantau ke Denpasar dengan tujuan pasti mencari pekerjaan, tapi entah pekerjaan apa. Kemudian dia diterima bekerja di sebuah studio jasa foto dan video sebagai crew. Atas dorongan pemilik studio akhirnya Dwi “terpaksa” belajar di lapangan.
Membuka usaha jasa foto dan video di Jembrana juga bukan sebuah cita-cita. Hanya merasa tidak punya keterampilan lain ketika diwajibkan pulang kampung, akhirnya memberanikan diri menjual jasa foto dan video di seputaran Kota Negara.
“Beruntung sampai saat ini, masih mendapat kepercayaan dari banyak pihak di Jembrana”. kata Dwi.
Cerita lain dari Komang Triadi, atau biasa dikenal sebagai Mang Tri. Dia menceritakan pengalamannya belajar fotografi sejak jaman analog. Untuk belajar fotografi ketika itu, dibutuhkan serangkaian training khusus hingga memperoleh sertifikat dan berhak menyandang “gelar” fotografer. Dalam training tersebut, dia harus mempelajari teknik kamera, tata cahaya, hingga teknik kimia cuci-cetak foto.
Menurut Mang Tri, dalam era foto digital saat ini kita cukup menguasai prinsip dasar kamera, dan hendaknya lebih banyak melakukan praktek dan diskusi karya. Setiap jepretan sudah bisa langsung dilihat dan dibahas bersama komunitas.
“Tidak seperti jaman dulu harus menunggu antri cuci film dan membuat contact print dulu, baru bisa tahu hasil fotonya.” ungkap Mang Tri.
Dari Nol Menuju 360
Sebuah keyakinan mesti ditumbuhkan, bahwa pembelajaran tidak boleh berhenti ketika sesi pelatihan selesai. Cerita Rasa menawarkan pada para peserta untuk melanjutkan masa belajar, dalam sebuah proyek fotografi bersama, satu tahun ke depan.
Selain melibatkan peserta yang telah hadir dalam pelatihan, Cerita Rasa juga mengundang peminat fotografi khususnya di Jembrana untuk menerjunkan diri dalam proyek ini. Proyek untuk membuat sebuah cerita foto di desanya masing-masing, dengan target bisa dipamerkan dalam Cerita Rasa Festival 2023.
Nandusin adalah cara tradisional pengolahan buah kelapa menjadi minyak goreng. Proses ini umum dilakukan masyarakat di Desa Tukadaya, Jembrana, Bali, memanfaatkan buah kelapa yang ditanam di kebun mereka. Semua penduduk Tukadaya yang memiliki tegalan, menanam kelapa.
Begitu banyak hasil buah kelapa yang dihasilkan di Desa Tukadaya, tapi sudah sangat sedikit yang nandusin. Lebih praktis untuk membeli dan menggunakan minyak kemasan yang tinggal beli di warung. Ketika harga minyak goreng melambung tinggi dan langka, terjadilah kepanikan. Padahal masih ada banyak buah kelapa yang bisa dimanfaatkan menjadi minyak goreng.
Dalam kesempatan Festival Cerita Rasa Festival 2022 yang diselenggarakan Sabtu 30 Juli oleh Sanggar Bali Tersenyum, Banjar Berawantangi Taman, Desa Tukadaya, kami memperkenalkan proses nandusin ini pada anak-anak di desa kami. Anak-anak desa kami sebenarnya sudah pernah melihat proses tersebut, tetapi belum pernah diberi kesempatan untuk ikut terlibat dalam prosesnya.
Anak anak sangat antusias mengikuti proses nandusin tersebut, dari mejek santen dengan mencampurkan parutan kelapa dengan air kelapa. Lalu diremas-remas dan diperas secara berulang-ulang. Setelah itu santan disaring ke dalam wajan besar yang akan digunakan untuk merebus santan.
Pemasakan santan dilakukan hingga satu sampai dua jam atau sampai keluar minyaknya. Minyak akan terpisah, dan berada di bagian atas.
Dalam proses pemasakan ini, kami masih menggunakan tungku tradisional dan kayu bakar. Bukan karena sok bergaya tradisional, tapi memang sebagian masyarakat kami masih menggunakan kayu bakar. Kayu bakar masih mudah didapat dengan mengumpulkan ranting, pelepah kelapa, sisa bahan bambu, dan sebagainya.
Setelah terlihat minyak terpisah dengan sempurna, maka sudah saatnya nuduk lengis.
Wajan diangkat dari tungku, dan dilanjutkan dengan mengambil minyak dengan sendok. Pekerjaan ini butuh ketelatenan, agar tidak banyak roroban yang ikut terambil. Setelah dipisah, saatnya nglalo, yaitu proses memanaskan minyak untuk menguapkan air yang masih ikut terambil dari proses nuduk tadi. Selain itu, telengis yang ikut terambil akan mengendap ke dasar wajan. Maka minyak goreng sudah selesai dibuat.
Hasil Sampingan Membuat Minyak Kelapa
Dari sisa proses membuat minyak goreng ini, kami bisa membuat beberapa jenis masakan. Bagian inilah yang membuat program membuat minyak kelapa ini, kami beri judul Presentasi Kuliner dalam Festival Cerita Rasa 2022.
Air sisa merebus santan disebut roroban. Jika roroban disaring, hasil saringan yang kental itu disebut tlengis. Keduanya bisa diolah menjadi makanan yang enak.
Dengan bahan roroban ini, kita bisa membuat makanan khas Jembrana, yaitu lontong serapah. Roroban ditambahkan base genep dan dimasak lagi, maka akan siap menjadi kuah kental untuk lontong serapah.
Bahan lain yang diperlukan untuk menjadi lontong serapah adalah beberapa jenis sayur yang direbus. Misalnya daun singkong muda, kacang panjang, jantung pisang, nangka muda, kecipir, bayam dan lain-lain. Jangan lupa juga lontongnya. Tanpa lontong, maka tidak ada lontong serapah, tapi hanya akan menjadi jukut serapah.
Sementara, jika punya telengis, bisa dimasak menjadi pepes. Di desa kami kebanyakan pesan tlengis dicampur dengan sayuran, seperti kelor, daun kemangi atau daun katuk. Masakan ini sangat sederhana. Tinggal dibuatkan bumbu halus bawang suna tabia, lalu dibungkus daun pisang bentuk pepes, lalu panggang, jadilah pesan tlengis.
Jangan Hanya Jadi Ingatan
Proses pembuatan minyak kelapa yang memakan waktu, menjadikan hanya generasi di atas 50 tahun yang masih melakukan kegiatan ini. Banyak generasi kepala 3 yang sama sekali tidak paham proses nandusin.
Generasi tua membuat minyak kelapa atau nandusin, tidak selalu untuk membuat minyak goreng. Ada alasan membuat minyak untuk apun, ataupun ingin bernostalgia dengan nikmatnya lontong serapah dan pesan tlengis yang makin susah didapat.
Minyak kelapa memang multi fungsi. Untuk minyak apun, tidak akan mungkin menggunakan minyak kemasan yang terbuat dari sawit. Jika untuk memasak, minyak tandusan mempunyai aroma yang khas, hasil masakan pun akan memiliki aroma yang berbeda jika dibandingkan dengan minyak kelapa sawit.
Untuk nilai jual, minyak kelapa tandusan ini mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada minyak kemasan berbahan kelapa sawit, jadi ini bisa menjadi komoditi usaha yang bisa dikembangkan di desa.
Di Tukadaya, masih ada beberapa orang yang setia berproduksi atau berjualan lontong serapah. Namun hanya akan ada ketika ada acara sangkep krama istri di banjar.
Dalam acara-acara tertentu, sering kali penyelenggara acara memesan lontong serapah ini, sebagai hidangan khas asli Jembrana yang disajikan dan dinikmati para undangan. Saat ini, kami di Desa Tukadaya siap mengemas paket cooking class pembuatan minyak kelapa dan kuliner turunannya, sekaligus mempelajari manfaat kelapa dan mengunjungi perkebunan kelapa rakyat di desa kami.
Pak camat mengirim surat,
Tapi lupa menempel perangko.
Jika lewat ke Bali Barat,
Jangan lupa mampir ke Tukadayo.