Program publik Sinema Mikro Sanggar Bali Tersenyum hadir di Kota Negara, bekerjasama dengan Rompyok Kopi Yayasan Kertas Budaya. Kami mengundang warga Jembrana, cenik-kelih, tua-bajang sajebag Jumarana, untuk hadir dalam kegiatan pemutaran film dan diskusi.

Program ini merupakan gelaran literasi film yang merupakan kepanjangan program dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui program Fasilitasi Bidang Kebudayaan Dana Indonesiana.

AGENDA SINEMA MIKRO

Jumat, 26 Juli 2024

10:00 - 15:00 Sesi Workshop Penulisan Ide Cerita Film.
(Khusus Peserta terdaftar)

19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Air dan Hutan.
(Untuk penonton umum, rating usia 13+)

Sabtu, 27 Juli 2024

10:00 - 15:00 Sesi Workshop Penulisan Ide Cerita Film.
(Khusus Peserta terdaftar)

15:30 - 17:30 Sesi Workshop Teknis Pemutaran Film.
(Khusus Peserta terdaftar dan peninjau untuk umum)

19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Menyala Kaum Muda!
(Untuk penonton umum, rating usia 13+)


DAFTAR PROGRAM FILM

Jumat, 26 Juli 2024 | 19:00 Wita

AIR DAN HUTAN KITA

Durasi program: 45:00
Rating usia: 13+
dengan Subtitle Bahasa Indonesia

HUTAN TERAKHIR

Durasi 21’ 32” | Wayan Martino | Dokumenter | Bali, Indonesia | 2022
Restu adalah petugas pengelolaan pemipaan air bersih di Jembrana, yang diambil dari hutan terakhir di Bali. Sebagai sumber air dan pemberi kehidupan, kini hutan di Jembrana dirambah oleh para petani.

KITA, AIR DAN HUTAN

Durasi 21’ 33” | Made Suarbawa | Dokumenter | Bali, Indonesia | 2024
Cerita dari hutan Desa Tukadaya, tentang bagaimana masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan air bersih dan pertanian dengan mengambilnya di sungai dan mata air di dalam hutan. Sementara itu hutan sedang tidak baik-baik saja dan butuh segera dihijaukan kembali, agar sumber air dapat terus dinikmati untuk dapur dan sawah.


Sabtu, 27 Juli 2024 | 19:00 Wita

MMSD JULI 2024: MENYALA KAUM MUDA!

Programmer: Yurika Dewi
Durasi program: 65:20
Rating usia: 13+
dengan Subtitle Bahasa Inggris & Indonesia

Catatan Program:

Masa muda adalah masa penuh semangat, eksplorasi dan pencarian jati diri. Banyak pemuda yang mendapatkan dukungan sekelilingnya, penolakan atau bahkan dimanfaatkan oleh orang-orang sekeliling mereka. 

Jika pemuda selalu digambarkan dengan hal-hal yang positif, menjadi pembaharu, penerus, lebih kuat, ataupun pemberani; bagaimana dalam kenyataannya? Apa saja hal-hal yang harus mereka hadapi? Bagaimana mereka menyikapinya?

DAFTAR FILM:

MANA HANDPHONEKU
I Wayan Januarta / Bali /2016 / 05:00
Handphone Arta selalu ketinggalan, sampai suatu hari membuat sibuk seluruh teman-temannya.

TERGILA-GILA (INSANELY INFATUATED WITH SOMEONE AT THE MOST INAPPROPRIATE TIME)
Nirartha Bas Diwangkara / Denpasar / 2019 / 15:55
Seorang anak perempuan mengalami kebangkitan seksualnya dan dorongan alami membawanya ke ketertarikan fisik pada pamannya yang menderita skizofrenia.

COBLOSAN
Putra Sanjaya / Purbalingga / 2015 / 08:57
Somad dan Kadir adalah pendukung setia calon kades muda yang akan membawa perubahan. Namun, kedua petani itu terus dibayang-bayangi Pono, tim sukses kades incumbent dengan uang sogokan. Apapun alasannya Somad tidak mau mengkhianati kesetiaannya pada calon kades muda. Sementara Kadir, ragu menolak amplop dengan pemikiran bila sudah di bilik suara tak ada seorang pun tahu pilihannya.

MARIA ADO’E (POOR MARIA)
Gleinda Stefany / Semarang / 2020 / 12:31
Maria, perempuan NTT yang merantau di Pulau Jawa untuk sekolah. Maria kerap berpindah kos karena rasisme di lingkungannya.

PENGEN HAPE (DESIRING A SMARTPHONE)
I Made Suarbawa / Parum Media / 2016 / 14:00
Sekar (16th) ingin HP baru yang lebih canggih.


TENTANG PROGRAMMER:

YURIKA DEWI

Menyelesaikan studi Hukum di UKSW Salatiga, kemudian berkarir di bidang broadcasting radio dan televisi selama 9 tahun. Terlibat dalam produksi film pendek fiksi dan dokumenter bersama komunitas film di Bali. Saat ini menjadi pengasuh Sanggar Bali Tersenyum yang mengembangkan literasi bagi remaja dan anak-anak di Desa Tukadaya, Jembrana, Bali.

Workshop Penulisan Ide Cerita Film Pendek.

Apa yang perlu disiapkan saat mendaftar?

Bali Tersenyum x Rompyok Kopi Kertas Budaya mengundang warga Jembrana (pelajar SMA/SMK, pegiat seni dan yang tertarik pada dunia audio visual) dalam workshop "Penulisan Ide Cerita Film Pendek", yang merupakan rangkaian program publik Sinema Mikro Sanggar Bali Tersenyum.

Dalam pelatihan ini, kita akan belajar bersama menemukan ide dasar sebuah cerita, menggali kemampuan bercerita visual dan bagaimana mengekspresikan ide dengan efektif. Selain itu, kita akan belajar tentang cara mengembangkan konsep menjadi naskah yang siap diproduksi.

Kenapa penulisan ide cerita? Kok bukan workshop membuat film aja?

Penulisan ide cerita film itu penting supaya kita punya pondasi yang kuat. Dengan cerita yang matang, produksi film jadi lebih terarah dan efisien. Kita bisa mengurangi potensi kesalahan, menjaga konsistensi, dan memastikan cerita kita menarik dari awal hingga akhir. Ini salah satu kunci sukses film pendek!

Stop di ide? No!

Tentu saja kita ingin pelatihan ini berkelanjutan hingga ide-ide yang muncul, dapat direalisasikan menjadi film pendek. Kami harapkan para peserta memiliki visi jangka panjang dalam mewujudkan idenya ke dunia nyata berupa film pendek, yang dapat mendorong potensi diri dan menginspirasi dunia.

Pengampu pelatihan ini adalah Nanoq Da Kansas, seorang penulis dan penggerak pendidik seni luar sekolah di Jembrana, yang meyakini bahwa seni dapat menjadi salah satu platform yang cocok untuk mewadahi ledakan kreativitas para remaja yang kadang tak terukur. Om Nanoq - demikian beliau disapa oleh remaja Jembrana - adalah inisiator Festival Seni Pelajar Jembrana dan Festival Dusun Senja. Selain Nanoq Da Kansas, ada juga Made Birus penulis dan sutradara yang belajar film dari berbagai workshop dan telah menghasilkan beberapa judul film pendek fiksi dan dokumenter sejak 2006. Birus banyak beraktivitas bersama Minikino, dan juga menjadi pengasuh Sanggar Bali Tersenyum, sebuah gerakan literasi bagi remaja dan anak-anak di Desa Tukadaya.

Kapan?

Workshop akan dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 26 - 27 Juli 2024, bertempat di Rompyok Kopi Kertas Budaya, Jl. Udayana No 26 Negara, Jembrana. Seluruh peserta diharapkan berkomitmen dengan waktu kehadiran dan tugas-tugas selama sesi pelatihan, sesuai jadwal tertera berikut ini.

Jumat, 26 Juli 2024

10:00 - 15:00 Sesi Workshop
19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Air dan Hutan.
Film: https://www.instagram.com/p/C9Pp2uCy5ec/?img_index=3

Sabtu, 27 Juli 2024

10:00 - 15:00  Sesi Workshop
19:00 - 21:00 Menonton film dan diskusi, tema Menyala Kaum Muda!
Film: https://minikino.org/mmsd-juli-2024-menyala-kaum-muda/

Yuk daftar! Pendaftaran paling lambat pada 22 Juli 2024 dan akan ditutup bila jumlah peserta telah mencapai 10 orang. Segera ya.

Jika ada pertanyaan, dapat menghubungi:

surel: sanggar@balitersenyum.id | WA: 085739242842 (made birus)

Sinema Mikro Cerita Rasa
Sinema Mikro Cerita Rasa

Cerita Rasa, sebuah festival desa yang telah memasuki tahun ketiga, kembali digelar pada 12 Juli 2024. Tahun ini, festival tersebut berkolaborasi dengan Sinema Mikro Sanggar Bali Tersenyum, sebuah program literasi film dari Kemendikbud Ristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan. Cerita Rasa menyajikan dua film dokumenter yang mengangkat isu air dan hutan di Jembrana, yang menjadi sorotan utama layar tancap sekaligus menjadi benang merah program tahun ini.

Film dalam Cerita Rasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sebagaimana tagline yang diusung yaitu storytelling, film, art & culture. Tahun ini, festival tersebut menampilkan dua film dokumenter yang sangat relevan dengan isu lingkungan setempat. Film pertama, berjudul "Hutan Terakhir" karya Wayan Martino, menggambarkan perjalanan Restu, seorang pengurus pemipaan air bersih untuk warga Yeh Embang Kauh. Film ini menggambarkan perjuangan mendapatkan air bersih dari dalam 'hutan terakhir' yang kini telah dirambah oleh masyarakat.

Dokumenter kedua, berjudul "Kita, Air dan Hutan", merekam cerita dari masyarakat desa Tukadaya tentang upaya mereka memperoleh air bersih dari dalam hutan. Film ini juga mengeksplorasi berbagai kendala yang dihadapi dalam pengelolaan perhutanan sosial di desa tersebut. Dokumenter ini merupakan hasil karya jurnalistik dalam program Anugerah Jurnalisme Warga Balebengong.id, dengan tim produksi yang terdiri dari Yurika Dewi, Komang Sutirtayasa, dan Made Suarbawa.

Kedua film ini tidak hanya mengangkat isu-isu penting tentang air dan hutan di Jembrana, tetapi juga menyampaikan pesan-pesan mendalam tentang keberlanjutan lingkungan dan peran masyarakat dalam menjaga alam mereka. Melalui layar tancap di festival Cerita Rasa, masyarakat Tukadaya diajak untuk lebih memahami dan menghargai kekayaan alam yang mereka miliki serta tantangan yang dihadapi dalam menjaga lingkungan tersebut.

Mengenal Tanaman, Mengenal Lingkungan

Tema dua film tersebut menjadi landasan acara “Mengenal Tanaman di Sekitar Kita.” Anak-anak usia 6 hingga 14 tahun diajak mengidentifikasi tanaman yang sering mereka konsumsi, seperti jukut kelor, bayam, kangkung, kekaro, kelentang, dan daun singkong.

Setelah itu, mereka mengamati tanaman di sekitar rumah, meraba, mencium, dan merasakan jenis-jenis tanaman, termasuk kembang merak (Caesalpinia pulcherrima) yang dijadikan boreh. Anak-anak juga mengenal daun jeruk, pohon anggur, dan sirih.

Setelah sesi pengamatan, mereka membawa beberapa jenis daun dan menuliskan pertanyaan dalam peta pikiran. Kelompok yang menulis tentang daun sirih menemukan penggunaannya dalam porosan untuk canang sari yang kemudian digunakan untuk persembahyangan, sementara kelompok yang menulis tentang puring menemukan bahwa tanaman tersebut digunakan juga sebagai porosan dalam canang sari.

Bioskop Mini: Pilih Film, Antri, Nonton, Ngobrol

Cerita Rasa Bioskop Mini Sinema Mikro

Salah satu kegiatan yang menarik dalam Festival Cerita Rasa 2024 adalah Bioskop Mini, sebuah inisiatif yang dirancang khusus untuk membawa suasana bioskop ke tengah-tengah anak-anak di Desa Tukadaya.

Desa Tukadaya, yang terletak 100 km dari bioskop terdekat di Denpasar atau Badung, adalah tantangan aksesibilitas yang signifikan dalam hal hiburan bioskop. Bagi anak-anak di desa ini, kesempatan untuk menikmati pengalaman bioskop sungguhan mungkin hanya akan muncul ketika mereka memiliki kesempatan untuk pergi ke kota, suatu hal yang mungkin terjadi bertahun-tahun lagi.

Anak-anak yang hadir di Bioskop Mini memiliki kesempatan untuk memilih film yang mereka sukai dari berbagai pilihan yang telah disediakan untuk umur mereka. Mereka juga harus memilih tempat duduk yang mereka inginkan, dan ingin duduk dekat dengan siapa. Proses memilih ini juga merupakan bagian dari pendidikan mereka dalam membuat keputusan yang baik dan menghargai pilihan yang tersedia. Untuk mendapatkan tiket, mereka mengantri dengan tertib, sebuah pelajaran tentang etika sosial yang penting untuk ditanamkan sejak dini.

Ketika mereka duduk untuk menonton film, suasana Bioskop Mini menciptakan pengalaman yang nyaris mirip dengan di bioskop sungguhan. Anak-anak belajar untuk duduk dengan tenang dan menghargai ruang bersama, sambil menikmati cerita yang diproyeksikan di layar besar. Setelah selesai menonton, mereka diberi kesempatan untuk berdiskusi tentang cerita yang mereka saksikan. Diskusi ini tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang cerita dan karakter, tetapi juga mengembangkan kemampuan dan kebiasaan berbicara mereka.

Memperkenalkan Yang Mungkin Mereka Kenal

Pengenalan ulang terhadap karya-karya sastra Bali klasik menjadi krusial dalam kehidupan masyarakat Bali, tidak hanya sebagai tuntunan kehidupan sehari-hari tetapi juga sebagai panduan spiritual yang melengkapi upacara-upacara sebagai bagian Panca Gita, yaitu Mantra, Genta, Kidung, Gamelan, dan Kentongan.

Kegiatan pengenalan sastra Bali klasik ini berlangsung dalam bentuk pelatihan singkat yang dimaksudkan untuk memantik minat anak-anak dan remaja. Program ini diisi oleh pak Putu Suaha dari banjar Berawantangi Taman, Tukadaya, dan pak Ketut Subandi dari banjar Moding, Desa Candikusuma. Pak Suaha menekankan bahwa dalam sastra Bali banyak pelajaran yang dapat dijadikan tuntunan hidup. “Seperti pesan dalam Pupuh Ginanti. Kawruhe luir senjata, Ne dadi perabotan sai, Kaanggen ngaruruh merta, Saenun ceninge ceninge urip. Bahwa ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah senjata utama untuk menyambung hidup. Akan selalu kita butuhkan selama kita masih bernafas. Main gim-gim di hape boleh, tapi coba juga gunakan hape untuk belajar metembang, banyak contoh bisa dicari di YouTube misalnya. Pasti akan bermanfaat,” tambah pak Suaha.

Di sisi lain, pak Subandi menyatakan kesiapannya untuk mendampingi anak-anak dalam belajar matembang sastra Bali. “Saya bukan penembang yang hebat, tapi saya punya keinginan untuk belajar. Mari luangkan waktu, buat jadwal rutin untuk kita belajar bersama. Pokoknya saya siap mendampingi. Nah bantes kati juari mekidung di nuju pujawali di pura. Tujuan pang juari, sing perlu juara,” tegas pak Subandi.

Malam festival Cerita Rasa terasa hangat dengan kehadiran masyarakat dari luar desa Tukadaya yang turut meramaikan acara. Umpan balik mereka yang positif dan penuh apresiasi terhadap pentingnya kegiatan ini menjadi dorongan bagi Cerita Rasa untuk terus konsisten. Festival ini telah menunjukkan potensinya sebagai lebih dari sekadar acara biasa; ia menjadi sebuah platform yang memperkaya jiwa dan pengetahuan komunitas secara holistik.

Dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk memastikan keberlanjutan festival ini di tahun-tahun mendatang. Dengan keterlibatan dan kontribusi semua pihak, Festival Cerita Rasa dapat terus menginspirasi dan membangkitkan semangat gotong royong dalam masyarakat. Bersama-sama, kita bisa menjadikan Cerita Rasa sebagai wadah untuk melestarikan dan mengembangkan budaya serta pengetahuan lokal yang berharga.

Mengembangkan ruang literasi untuk anak-anak dan masyarakat desa.
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram